Jumat, 25 Oktober 2013


LAPORAN PENELITIAN
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ALOEVERA SEBAGAI ANTI SHOCK SAAT TRANSPLANTING DENDROBIUM SP.
DI HANDOYO BUDI ORCHIDS
MALANG
Dosen Pembimbing PKLI:
Amalia Fitriani, M. Si
Oleh:
Muh.Masyruful azim (08620025)






JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) merupakan hal yang sangat penting dalam menyongsong era globalisasi. Salah satunya upaya peningkatan kualitas SDM adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan faktor utama yang secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan suatu bangsa baik secara langsung maupun tidak lansung. Penyelenggaraan pendidikan formal adalah bagian dari tahapan rencana strategis pendidikan nasional dan pengembangan sumber daya manusia dalam rangka mempersiapkan SDM di lingkup regional, nasional bahkan internasional. Salah satu sisi kebutuhan tersebut adalah untuk memenuhi perubahan permintaan kebutuhan tenaga profesional.
Kurikulum Program Pendidikan Diploma IV Agrabisnis Pertanian Manajmen Agroindustri Kerjasama Antara Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Pertanian Cianggur dengan Politeknik Negeri Jember, dilaksanakan sesui dengan strategi pelaksanaan kurikulum pendidikan diploma IV. Berkaitan dengan hal tersebut maka pada tahun kedua mahasiswa wajib melaksanakan Program Praktik Kerja Lapangan (PKL) selama 10 bulan dua Minggu yang setara dengan beban praktik kerja sebesar 16 SKS. Kegiatannya dilaksanakan secara penuh di industri / intansi tempat PKL (1/3 tempat PKL) yang periode waktunya mulai pertengahan september 2007 sampai awal agustus 2008 (PPPPTK Pertanian,2007).
Anggrek Dendrobium merupakan tanaman hias yang sangat menarik sehingga banyak pula penggemarnya. Bermacam variasi bentuk, warna, ukuran,dengann ciri-ciri yang unik menjadi daya tarik anggrek. Warna bunganya mulai dari warna yang cerah sampai yang berwarna gelap. Ukuran bunganya bervariasi, mulai yang berukuran sangat kecil sampai yang besar. Bentuk bunganya juga sangat unik, ada yang berbentuk bundar, bintang, melintir, dan keriting. Jumlah kuntum bunganya ada tunggal, ada juga yang banyak. Beberapa jenis anggrek Dendrobium ada yang berbau harum seperti parfum, contohnya Dendrobium trillamelatum. Tangkai bunganya ada yang tegak, mendatar dan menjuntai, serta berukuran pendek sampai panjang. Beragam variasi bunga merupakan salah satu keunggulan tanaman anggrek yang memungkinkan silangan-silangan baru (Widiastoety, 2007).
Anggrek Dendrobium termasuk tanama yang mempunyai kecepatan tumbuh yang berbeda dengan tanaman hias lainnya. Habitat tumbuhnya ada yang tumbuh melekat pada batang pohon, dan tumbuh diatas permukaan tanah, ada pula yang hidup di semak-semak. Pertumbuhan tanaman anggrek dendrobium, baik vegetatif (pertumbuhan tunas, daun, batang dan akar) serta pertumbuhan generatif (pertumbuhan primordial atau tunas bunga, buah dan benih) tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik, tetapi juga oleh faktor iklim dan faktor pemeliharaan (widiastoety, 2007).
Anggrek dendrobium merupakan anggrek yang unik dapat dilihat dari anggrek Dendrobium sonia bom-bom yang mempunyai lidah lebih besar dari pada biasanya. Bunga besar dipadu dengan warna putih berbingkai merah muda cerah memancarkan pesona tiada hara. Puluhan kuntum yang bederet rapi dalam untaian tangkai menambah kecantikannya. Anggrek dendrobium dalam pemliharaanya relatif mudah, sehingga masyarakat awam tidak sulit menikmati pesonanya. Anggrek dendrobium sangat populer dengan sifat yang mudah dan rajin berbunga, serta bunga yang mekar dalam pot bisa bertahan hingga 30 hari. Seluruh sifat itu uang membuat anggrek dendrobium tak mudah digantikan oleh tanaman lain. Apalagi semua kelebihan itu bisa dperoleh dengan harga terjangkau (Trubus, 2005).
Anggrek dendrobium dapat dinikmati keindahannya dengan berbagai cara yaitu tidak hanya sekedar di pot tapi juga menempel dipohon karena sifatnya epifit. Mirip dengan habitatnya dipohon beberapa anggrek dendrobium datur berderet di batang kayu mati. Anggrek disusun sedemikian rupa sehingga tampil unik di sela-sela kayu soliter yang disangga besi. Keindahan Dendrobium semakin menonjol apabila ditata dalam taman, tampilan seperti itu sering digunakan saat pameran anggrek nasional maupun internasional. Penggunaan anggrek dendrobium tak sebatas hanya sosok tanaman, pemanfaatan sebagai bunga potong juga demikian populer (Trubus, 2005).
    Berdasarkan pengamatan anggrek dendrobium memiliki banyak kegunaan sehingga bangsa pasar anggrek dendrobium sangat luas, mulai dari konsumen kalangan atas hingga bawah. Anggrek pot umumnya dinikmati sebagi penghias perumahan, perkantoran, dan hotel. Sedangkan bunga potong selain digunakan rumah tangga, juga digunakan oleh kalangan perhotelan, perkantoran, organizer, florist, perusahaan jasa boga, dan restoran besar dalam bentuk rangkain bunga (Trubus, 2005).
Melihat peluang bisnis dendrobium sangat menguntungkan, setiap bulan pendapatan kotor bisa mencapai Rp.16.000.000,- dari hasil penjualan 800 pot dendrobium berbunga dari kebun 1000 m2. Oleh karena itu masih banyak peluang untuk berbisnis anggrek dendrobium terutama bisnis pembibitan anggrek dalam skala besar yaitu dapat dilakukan produksi bibit secara in vitro. Produsen bibit secara in vitro di indonesia sangat terbatas, padahal prospeknya sangat baik karena permintaan bibit bermutu masih terbuka lebar. Tanaman indukan aggrek dendrobium yang akan dijadikan bahan persilangan harus berkualitas baik untuk produksi bibit anggrek berkualitas. Semakin beragam maka memudahkan pekebun memilih tipe, warna dan bentuk bunga yang akan dihasilkan (Trubus, 2005).
Selain itu bibit hasil kultur in vitro yang berasal dari benih hasil persilangan dapat diproleh hasil bibit yang akan menghasilkan anggrek yang beragam sehingga osumen sangant menyukainya. Pada saat ini banyak masyarakat yang memiliki persepsi negatif terhadap kultur in vitro, sehingga perkembangan kultur di indonesia sangat lambat, mereka berangapan bahwa kultur in vitro merupakan kegiatan yang membutuhkan investasi yang sangat besar dan mahal untuk membangun laboratorium serta membeli peralatan dan bahan yang diperlukan (Sandra, 2004).
Sebenarnya kultur in vitro dapat dilakukan dengan investasi yang relatif murah dengan cara melakukan modifikasi-modifikasi peralatan dan bahan yang digunakan. Salah satunya laboratorium pembibitan dan pengembangan anggrek Handoyo Budi Orchid (HBO) malang yang digunakan sebagai tempat PKL. Handoyo Budi Orchid melaksanakan pembibitan dan pengembangan anggrek baik spesies maupun hibrid secara in vitro dalam skala rumah tangga yang menggunakan alat-alat yang telah dimodifikasi dan sangat sederhana sekali, tetapi dapat menghasilkan bibit botolan anggrek yang berkualitas.
Handoyo Budi Orchid merupakan anggota Perhimpunan anggrek Indonesia Cabang Malang yang menghasilkan 2000-2500 botol/bulan. Kualitas anggrek botolan Handoyo Budi Orchid dihasilkan dari sumber daya manusia yang trampil, telaten, tekun mau belajar, selalu mengevaluasi kegagalan dan keberhasilan serta tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan. Selain itu sumber daya manusianya sebagian besar merupakan serjana-serjana yang memiliki pengetahuan luas dan bededikasi tinggi. Selain pimpinan operasional yaitu Ir. Budi Sugiarto yang berlatar belakang dari pengalaman dan hobi menanam anggrek dan tanaman hias sejak masih di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Pada tahun 2000, setelah menempuh pengalaman bekerja dan menyelsaikan studinya di Universitas Brawijiaya Malang, menekuni kultur in vitro dan budi daya anggrek. Handoyo Budi Orchid memproduksi dan menjual bibit, botol, kompot, seedling, anggrek remaja, dan tanaman dewasa meliputi Anggrek Dendrobium, Phalaenopsis, Cattleya, Oncidium. Selain itu juga menyediakan pupuk dan obat-obatan untuk anggrek diantranya hormon ADAPTAN 7 (mengandung auksin/B1+), pupuk mikro 9, keikivick (salep pertumbuhan tunas), dan sarana prasarana seperti : paranet, semprotan, media,pot, dan lain-lain, serta lukisan anggrek dengan anatomi benar.
Handoyo Budi Orchid saat ini perkembangan usahanya sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari permintaan konsumen yang tersebar diindonesia. Hal tersebut ditunjang dengan sarana promosinya yang sudah lengkap yaitu dengan websitenya Http//www.handoyobudiorchid.com. selain melalui website,Handoyo Budi Orchid juga sering mengikuti ajang pameran kampus, pameran lokal, nasional, dan asia. Beberapa cara promosi lain dilakukan dengan mengirim surat promosi, media cetak, televisi dan majalah. Selain itu, juga memberikan bimbingan dan kursus gratis bagi pemula atau yang inin melakukan budidaya dan bisnis tanaman anggrek serta memberi konsultasi gratis bagi hobbies dan petani anggrek yang mempunyai masalah anggrek. Hal itu dilkukannya dengan visinya untuk memuaskan keinginan konsumen.

1.2  Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak Aloevera sebagai anti shock saat transplanting Dendrobium sp. Di Handoyo Budi Orchids Malang?
1.3  Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
a. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Aloevera sebagai anti shock saat transplanting Dendrobium sp. Di Handoyo Budi Orchids Malang.
1.4 Manfaat
            Manfaat dalam penelitian ini, sebagai berikut:
a.  Bagi Handoyo Budi Orchids Malang, bisa mengurangi angka kematian PLB Dendrobium sp. saat transplanting.
b.  Bagi akademisi, sebagai referensi untuk melakukan kultur jaringan tumbuhan dengan menggunakan ekstrak aloevera
c. Menambah informasi tentang obat anti shok dalam transplanting anggrek.
d. Memberi wawasan khususnya kepada para petani anggrek.
e. Memperoleh data awal yang dapat digunakan sebagai dasar dalam budidaya anggrek
1.5 Batasan Penelitian
            Batasan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
a. Sampel yang digunakan adalah Protocorm Like Bodies (PLB) dari Dendrobium sp.
b. Media yang digunakan adalah Media Transplanting Dendrobium sp. dengan media dasar Vacint Went (VW)
c. Ekstrak Aloevera yang digunakan berasal dari daun aloevera sebanyak 200 gram dalam 450 ml air.
d. Parameter pengamatan dalam penelitian ini adalah prosentase keberhasilan hidup dari PLB Dendrobium sp.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyebaran Anggrek Dendrobium
            Anggrek Dendrobium tumbuh menyebar di Asia Selatan, India, dan Sri Lanka. Di Asia Timur anggrek Dendrobium hanya dibudidayakan oleh masyarakat jepang, Taiwan dan Korea. Anggrek dendrobium di Asia Tenggara menjadi andalan Tailan, Indonesia dan Filipina. Sebaran pun lalu meluas ke Papua, Selandia Baru dan Tahiti. Dendrobium kebanyakan tumbuh liar di daerah tropis seperti Asia dan dalam jumlah terbatas detemukan di Selatan Amerika Serikat dan daerah jajahan Inggris. 
            Kerabat Orchidaceae itu tumbuh mulai di dataran rendah Kalimantan, hingga kaki pegunungan Himalaya di ketinggian 3800 meter dari permukaan laut. Habitat anggrek dendrobium terdapat dikoral pantai, tanah, batu-batuan atau menumpang di pepohonan seperti mangrove, kelapa, dan karet, sehingga disebut tanaman epifit. Anggrek dendrobium di indonesia banyak dijumpai di hutan sekitar Jawa, Kalimantan, Sumatra, Irian Jaya, Maluku dan Nusa Tenggara. Beberapa spesies menyebar  secara luas, di antaranya Dendrobium anosmum tersebar di India sampai Papua, Dendrobium erosum yang tumbuh dari Thailand, Malaysia, Indonesia, Papua hingga Vanuata, Dendrobium crumenatum ditemukan di Myanmar sampai Papua. Jenis lain yaitu Dendrobium stuartii, Dendrobium scundum, dan Dendrobium macrophyllum ( Trubus, 2005 )
2.1.2 Klasifikasi Anggrek Dendrobium
            Anggrek Dendrobium yang merupakan anggota keluarga anggrek dengan total 20.000 spesies dari 900 negara,  menduduki peringkat kedua terbesar setelah anggrek bulan. Menurut Lavarack (2000), klasifikasi botani anggrek Dendrobium sebagai berikut :
Kingdom              : Planthae
Divisi                    : Spermatophyta
Sub Divisi                       : Angiospermae
Kelas                    : Monocotyledonae
Ordo                     : Orchidales
Famili                   : Orchidaceae
Suku                     : Dendrobieae
Sub Suku             : Dendrobiinae
Genus                   : Dendrobium
Spesies                 : Dendrobium spp.

2.1.3 Morfologi Anggrek Dendrobium
            Dendrobium seperti anggrek lainnya memiliki bagian-bagian seperti bunga, buah, daun, batang dan akar.
a. Bunga dan Bagian-bagiannya
·        Sepal
            Sepal berwarna cerah, berjumlah 3 helai berbentuk lanset, meruncing atau bulat dan ukuran bervariasi. Sepal tengah disebut dengan sepallum dorsalis atau kelopak punggung. Sementara dua sepal samping disebut sepal lateralis atau kelopak samping.
·        Petal
            Petal berjumlah tiga helai dengan petal ketiga merupakan bagian yang menyatu dan membentuk bibir bunga. Petal umumnya berbentuk lebih bulat dan lebih besar serta bertekstur halus dibanding sepal. Warna petal hampir sama dengan sepal kecuali pada petal yang berbentuk bibir bunga warnanya lebih cerah.
·        Bibir (labellum)
            Bagian ini merupakan perkembangan dari petal ketiga. Pada beberapa spesies ukuran bibir bisa membesar dan berwarna lebih cerah. Bibir umumnya terbelah menjadi 3 bagian dasar menyatu dengan taji bunga
·        Tugu Bunga (coloumn)
            Tugu bunga merupakan tempat berkumpulnya atau wadah alat kelamin bunga. Tugu terletak dibagian tengah antara jantan dan betina
·        Polen (alat kelamin jantan)
            Polen berjumlah 4, tersusun dalam 2 rostellum kecil dan berbentuk bulat. Ukuran beragam mulai besar, kecil, bahkan sangat halus. Polania berwarna pucat hingga kuning cerah yang  muncul pada bagian atas tugu.
·        Putik (alat kelamin betina)
            Putik berada di balik dalam tugu
·        Ovari (bakal buah) (Trubus, 2005).
b. Buah
              buah pada anggrek Dendrobium merupakan hasil penyerbukan alami yang dilakukan hewan penyerbuk seperti serangga atau persilangan buatan oleh manusia. Penyerbukan yang berhasil dalam waktu 3-4 bulan akan berbentuk buah dan buah matang akan pecah di bagian tengah. Buah anggrek Dendrobium berwarna hijau, berukuran besar, dan mengembung di bagian tengah. Bentuknya seperti kapsul yang terbelah menjadi enam bagian. Tiga diantaranya berasal dari rusuk sejati sedangkan sisanya tempat melekat dua tepi daun buah berlainan. Di tempat menyatunya tepi  daun buah itu  terbentuk benih-benih anggrek. Benih anggrek tidak memiliki endosperm sehingga perkecambahan benih anggrek membutuhkan gula dan senyawa lain dari lingkungannya.
c. Daun
            Dendrobium memiliki daun berbentuk lanset, lanset ramping dan lanset membulat dengan ukuran dan ketebalan bervariasi. Daun keluar dari ruas batang dan setiap ruas muncul 1-2 helai dengan posisi daun berhadap-hadapan atau berpasangan. Namun beberapa spesies letak daun duduk berhadapan dalam satu ruas. Dendrobium selama 1 siklus hidupnya Dendrobium mengalami 2-3 periode pertumbuhan, yaitu vegetatif, generatif dan beberapa spesies serta dormansi dengan lama setiap periode tergantung spesies dan habitatnya.
d. Batang
            Dendrobium memiliki pola pertumbuhan batang tipe simpodial yaitu pertumbuhan ujung batang lurus ke atas dan terbatas. Pertumbuhan akan terhenti setelah mencapai titik maksimal yang selanjutnya  tunas atau anakan baru keluar dari akar rimpang dan tumbh membesar. Batang umumya beruas-ruas dengan panjang yang hampir sama. Dendrobium yang bagus yaitu yang berbatang segar, berdasar hijau, dan jika ditekan tidak gembos.
            Pada anggrek epifit yang simpodial biasanya memiliki umbi semu atau Pseudobulb. Berdasarkan pengamatan batang dendrobium tampak mengembung seperti umbi atau bulbulus. Umbi tersebut berfungsi untuk menyimpan cadangan air dan makanan. Sebenarnya umbi tersebut bukan umbi yang sesungguhnya tetapi  hanya batang yang membesar.
e. Akar
            Anggrek Dendrobium memiliki akar lekat atau akar substrat dan akar udara. Fungsi akar lekat digunakan sebagai penahan tanaman, sedangkan akar udara untuk kelangsungan hidup tanaman. Akar terbungkus jaringan berbentuk seperti bunga karang dan menempel pada batang tanaman lain. Bagian akar itu mendatar mengikuti bentuk permukaan batang yang  ditempeli, dengan sejumlah rambut akar pendek-pendek menghiasi bagian akar. Akar sehat pada anggrek dendrobium berwarna putih tebal, di bagian ujung akar aktif berwarna hijau cerah, akarnya panjang, jumlah banyak, dan bagian ujung meruncing (Trubus, 2005).
2.1.4 Syarat Tumbuh Anggrek Dendrrobium
a. KetinggianTempat
Anggrek dendrobium sebenarnya memiliki daya adaptasi tinggi dan dapat tumbuh di daerah pada ketinggian tempat lebih dari 1000 meter dari permukaan laut. Dendrobium umumnya menyukai daerah panas daripada daerah dingin, tetapi beberapa jenis Dendrobium hanya bisa tumbuh di daerah dingin misalnya Dendrobium nobile dan Dendrobium cuthbertstonii. Pembuatan kebun dalam skala besar untuk kebutuhan komersial harus memilih daerah dengan kisaran ketinggian 0-700 meter dari permukaan laut. Lokasi yang paling baik untuk budidaya anggrek Dendrobium berada pada ketinggian dibawah 400 meter dari permukaan laut. Perbedaan ketinggian tempat berpengaruh besar terhadap agroklimat lingkungan, seperti suhu, cahaya, kelembapan dan curah huan (Trubus, 2005).
b.  Cahaya
Dendrobium bersifat epifit dengan cara tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan inangnya. Oleh karena itu, Dendrobium hanya membutuhkan intensitas cahaya dan lama penyinaran terbatas. Besarnya intensitas cahay yang dibutuhkan sekitar 1500-3000 footcandle (fc). Sebagai perbandingan , saat matahari terik di siang hari, kisaran intensitas cahay matahari sekitar 7000-10000 fc. Oleh karena itu, untuk mengatsi hal tersebut Dendrobium membutuhkan ruangan untuk mengurangi intensitas tersebut.
Di Indonesia, untuk memperoleh intensitas optimal dibutuhkan lama penyinaran 10 jam per hari. Lama penyinaran di bawah itu masih bisa membuat anggrek berbunga, tetapi kurang maksimal. Energy cahay yang digunakan untuk pertumbuhan dan pembungaan, sehingga tanpa cahay yang cukup, tanaman tidak dapat mengakumulasi cukup cadangan energi untuk pertumbuhan dan pembungaan. Para penganggrek umumnya untuk mendapatkan tanaman optimal, memasang jarring penaung (net) di ats lahan anggrek. Kerapatan net berkisar antara 55%-65% yang artinya cahaya matahari yang diterima anggerk 35-45% dan sisanya terhalang oleh panaung (Trubus, 2005).
c.  Kelembapan
Kelembapan yang diinginkan anggrek Dendrobium berkisar antara 60%-85% dan dengan kisaran itu maka penguapan besar-besaran pada siang hari bisa di cegah. Sedangkan malam hari kelembapan tidak boleh melebihi 70% untuk 
Menekan tanaman terserang penyakit. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menjaga media tidak terlalau basah. Oleh karena itu hindari penyiraman menjelang malam. Saat  pelembaban tinggi dan suhu meningkat merupakan kondisi yang sanagat disukai oleh organisasi penggangu. Kelembaban dapat dipantau dengan memasang higrometer dalam kebun dan letakan di tempat terlindung agar terhindar air. Sebaliknya kelembaban dibawah 50 % membuat udara menjadi kering sehingga berdampak dau dan bulb kekurangan air. Selain itu, beberapa penggrekan juga melakukan menyiraman pada lingkungan sekitar, seperti tanah atau rumah naungan. Bahkan ada yang membangun kolam mini dibawah pertanaman aanggrek untuk menjaga kelembaban.
            Anggrek Dendrobium yang mempunyai unsur hara, suhu serta kelembaban sesuai, tanaman bisa berfontosintesis dan tumbuh optimal. Selain itu kelembaban juga mempengaruhi kadar air dalam jaringan tanaman. Apabila kadar air terganggu, maka proses tranformasi zat hara dalam tanaman terhambat, sehingga semuanya berdampak buruk pada kelangsungan proses fotosintesis (Trubus, 2005).
d. Suhu
            Suhu udara sangat mempengaruhi proses metabolisme tanaman. Shu udara tinggi memacu proses metabolisme dan suhu udara rendah memperlambat lajunya. Pertumbuhan Dendtobium memerlukan suhu udara rata-rata 25 ºC-27ºC dengan suhu minimum 21ºC-23ºC dan maksimum 31ºC-34ºC. Suhu siang sebaiknya 27ºC-32ºC, dan suhu pada malam hari 21ºC-24ºC. Serupa dengan cara , meningkat kelembaban, kenaikan suhu di siang hari bisa ditekan dengan menapulasi pengabutan dan penyiraman dilungkungan sekitar (Trubus, 2005).
e. Ketersedian air
            Lokasi tepat budidaya anggrek Dendrobium harus memiliki ketersedian air yang cukup, hal ini tersebut merupakan syarat yang mutlak apalagi saat musim kemarau dating. Dendrobium memang menyukai air tetapi tidak boleh berlebihan. Air digunakan saat pertumbuhan vegetataif laju pesat, tunas-tunas muda tumbuh dan sebelum berbunga. Namun, keperluan air berkurang saat tangkai bunga tumbuh dan berkurang pada periode muncul sampai mekar berbunga.
            Sumber air bisa berasal dari air pam, dan teratur sangat mendukung kjesehatan angrek. Namun angin yang bertiup kencang dapat mematahkan tangkai-tangkai bunganya. Keadaan angin yang sesuai adalah angin yang bertiup sepoi-sepoi sehingga menciptakan goyangan lembut pada daun dan tangkainya serta aman untuk bunganya (Gunawan, 1992).
2.1.5 Perbanyakan Anggrek Dendrobium
            Perbanyakan pada Anggrek Dendrobium dapat dilakukan dengan dua cara yaitu perbanyakan generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif yaitu perbanyakan tanaman yang melalui benih dihasilkan dari pernyebukan tepung sari (pollen) ke putik (stigma) dari tanaman yang sama atau berbeda dan dapat pula dari varietas, spesies atau genus berbeda. Penyerbukan bisa terjadi secara alami atau aleh bantuan manusia. Perbanyakan vegetatif yaitu teknik menghasilkan anakan yang mempunyai sifat genetika sama dengan memisahkan atau memecah rumpun dan keiki. Selaian secara konvesional, saat ini dikembangkan teknologi perbanykana masal yaitu kultur in vitro. Metode ini merupakan menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif (seperti akar, daun, batang dan mata tunas) dan jarirngan generatif (seperti ovule, embrio dan benih) kemudian ditumbuhkan pada media kultur.
2.2 Kultur In Vitro
2.2.1 Kultur In Vitro Anggrek Dendrobium
            Kultur In vitro adalah suatu metode untuk mengidolasi bagian dari tanaman seperti  protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan danorgan serta menumbuhkananya dalam kondisi aseptic, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanman utuh kembali (Gunawan,1992). Kultur in vitro menurut Yusnita (2004) merupakan teknik menumbuh-kembangkan bagian kandungan nutrisi lengkap dan ZPT (Zat pengatur tumbuh), serta kondisi kultur yang suhu dapat pencahayaanya terkontrol.
            Kultur in vitro merupakan kelanjutan dari perbanyakan secara konvesional. Dengan teknik kultur in vitro, perbanyakan generative dan vegetative dilakukan dengan cepat dan efisien. Ada beberapa cara perlaksanaan kultur in vitro, tergantung bahan tanaman dan media tanam yang digunakan. Bahan tanam dipilih dari buah dan mata tunas. Buah atau benih hasil persilangan sisemai dengan teknik kultur benih atau kultur embrio.
            Kultur embrio adalah isolasi steril dan pertumbuhan sesuai embrio muda atau embrio masak secara in vitro dengan tujuan untuk mendapat tanaman normal (Widiati, 1998 dalam Satwika, 2003).
Menurut Hendrayono dan wijayani (1994), tujuan lain kultur embrio yaitu memperpendek siklus breading, menguji kecepatan visabilitas benih, memperbanyak tanaman langka memperoleh hibrid langka.
            Widiati (1998) dalam Satwika (2003) mengungkapkan bahwa kultur anggrek Dendrobium termasuk pada kultur embrio tua dari benih masak yaitu tipe kultur yang relatif muda dan digunakan untuk benih yang sulit berkecambah dengan cara biasa. Anggrek sulit dikecambahkan pada media tanah karena benih anggrek tidak mempunyai endosperm, sehingga untuk mengantikan peran endosperm dibuatkan media buatan/media kultur yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Hendaryono (2000) dalam Satwika (2003) menjelaskan, benih anggrek dialam mampu berkecambah walau dalam persentase yang sangat kecil. Hal ini dikarenakan adanya bahan-bahan organic yang disulap oleh jamur Micorihza yang hidup dalam benih anggrek.
            Factor-fakor yang mempengaruhi keberhasilan kultur embrio menurut Widiyati (1998) dalam Satwika (2003) antara lain :
a. Komposisi media
Media untuk embrio lebih kritis dari pada untuk embrio dewasa. Keduanya membutuhkan ansur makro, dan gula pada pH antara 5,0 -6,0 dengan konsentrasi agar antara 0,6 % - 0,8 % adalah optima.
b. Kondisi pertumbuhan tanaman induk
Jika pertumbuhan tanaman induk baik maka endosperm/kotiledon berkembang tumbuh dengan baik pula.
c. Genotip
Banyak spesies yang mempunyai embrio muda dibiarkan, tetapi ada juga yang sulit ditumbuhkan dan bahkan terkandang antara varietas sulit dikulturkan.
d. Stadia pertumbuhan saat embrio diisikan
Semakin besar ukuran embrio yang diisolasi maka semakin mudah tumbuh.
e. Oksigen
Apabila kekurangan oksigen metabolismenya akan berubahdari respirasi aerob menjadi respirasi anaerob sehingga menghasilkan elkohol yang dapat memetikan jaringan yang sedang ditumbuhkan.
f. Cahaya
Kadang embrio perlu ditumbuhkan dalam ruang gelap selama 1-2 minggu, kemudian dipindahkan keruangan bercahaya untuk pembentukan klorofil.
g. Suhu
Kebutuhan suhu optimum tergantung pada spesies tanaman. Suhu tinggi berkisar antara 22-28°C dan suhu rendah 17°C.
2.2.2 Kelebihan dan kelemahan Kultur In Vitro
         Teknik kultur In Vitro awalnya dikenalkan oleh Morel (1960) yang menunjukan keberhasilan kultur meristem pucuk tanaman anggrek Cymbidium. Kultur in vitro sejak itu dipandang sebagai teknik yang dapat dibisniskan untuk perbanyakan tanaman yang menguntungkan. Teknik ini pada awalnya digunakan hanya untuk memperbanyak tanaman herbal, tetapi belakangan ternyata merupakan alternative yang baik untuk perbanyakan tanaman tahun dan tanaman kehutanan (Yustinita, 2004).
        Menurut Hendaryono (2007) dibandingkan dengan perbanyakan tanaman secara konvesional, perbanayakan secara kultur in vitro atau kultur embrio ,mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
1.         Mengatasi keadaan benih yang heterogen
Tidak semua benih mempunyai viabilitas (daya hidup) yang baik. Maka dengan membudidayakan dalam botol, pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan terhadap benih bisa diminimkan.
2.         Di dalam media agar, benih dapat memanfaatkan unsur hara yang ada
Distribusi unsur hara di alam tidak merata, sehingga sebagai benih akan tumbuh subur kerena adanya kompetisi dalam mendapatkan unsur hara.
3.         Dapat menekanterjadinya serangan jamur (kontaminasi)
Penanggulan yang efektif adalah dengan sterilisasi media dan benih. Media disterilisasi dengan autoklaf 121°C, tekanan 17,5 Psi selama 25 menit, dan buah diseterilisasi menggunakan alkohohl 70 %.
4.         Menyelamatkan buah hasil silangan
5.         Persilangan yang sulit terjadi di alam, ternyata dapat silakukan secara buatan, walaupun penanganan khusus supaya mampu berkecambah
6.         Menambah pendapatan
Apabila hasil silang mampu berkecambah, maka akan tumbuh berpuluh-puluh planlet (bibit dalam botol), dalam setelah dilakukan subkultur dapat menjadi  berates-ratus bibit. Bila hasil silangan merupakan jenis anggrek mahal, maka akan diperoleh keuntungan yang besar.
7.         Dapat dilakukan cepat sehingga menghemat tenaga dan biaya serta tidak memerlukan ruangan yang besar.
Teknik kultur in vitro walaupun banyak keuntungan juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu dibutuhkan keahlian khusus untuk melaksanakannya, dan tanaman yang dihasilkan berukuran kecil, aseptic, dan terbiasa hidup di tempat yang berkelembaban tinggi sehingga memerlukan aklimatisasi ke lingkungan eksternal (Yusnita, 2004)
Manfaat utama perbanyakan tanaman secara in vitro adalah untuk perbanyakan tanaman yang permintaanya tinggi tetapi pasokanya rendah, karena laju perbanyakannya secara konvesional dianggap lambat. Perbanyakan tanaman secara in vitro juga sangat bermanfaat untuk memperbanayak tanaman introduksi, tanaman klon unggul baru dan tanaman bebas patogen yang perlu diperbanyak dalam jumlah beasar dalamwaktu yang relativesingkat. Disamping itu, perbanyakan secara in vitro ternyata berpengaruh terhadap devisi Negara. Misalnya dengan terlaksanakanya ekspor tanaman hias seperti anggrek ke Negara lain, maka akan menaikan devisi Negara disektor pertanian (Yunita, 2004)
2.2.3 Tahapan Kultur In Vitro
a. Media Kultur In Vitro
      Media kultur merupakan salah satu factor penentu keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur telah formulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan. Contohnya, komposisi Knudson (1946), Heller (1953), Nitsch dan Nitsch (1972), Gamborg dkk. B5 (1979), Linsmaeier dan Skoog-LS (1965), Murashige dan Skoog-MS (1962), serta Woody Plant Medium-WPM (LIoyd dan McCown, 1980). Media kultur tersebut, fisiknya dapat berbentuk cair atau padat. Media berbentuk padat menggunakan pemadat  media, seperti agar-agar atau gelrite.komponen media kultur yang lengkap mengandung berupa yaitu: air destilata (aquadest) atau bebas ion sebagai pelarut, hara-hara makro dan mikro, gula (umumnya sukrosa) sebagai sumber energi, vitamin, asam amino dan bahan organic lain lain zat pengatur tumbuh (ZPT), arang aktif, suplemene berupa bahan-bahan alami bila diperlukan agar-agar atau gelrite sebagai pemadat media (Yusnita, 2004)
b. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan
      Tanaman induk sumber eksplan harus berasal dari tanaman lili yanf jelas jenis, spesies dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman induk sumber eksplan kemudian dikondisikan di rumah kaca atau rumah plastic dengan lingkungan yang higienis untuk mendapatkan eksplan meliputi pemangkasan, pemupukan dan penyemprotan dengan pestisida (fungsisida, bakterisida, dan insektisida) sehingga tunas yang baru tumbuh menjadi lebih sehat dan bersih dari kontaminan (Yusnita, 2004).
2.3 Tanaman Lidah Buaya
2.3.1 Morfologi Tanaman Lidah Buaya
Lidah buaya termasuk suku Liliaceae. Liliaceae diperkirakan meliputi 4000 jenis tumbuhan, terbagi dalam 240 marga, dan dikelompokan lagi menjadi lebih kurang 12 anak suku. Daerah distribusinya meliputi keseluruh dunia. Lidah buaya sendiri mempunyai lebih dari 350 jenis tanaman. Tanaman lidah buaya dapat tumbuh di daerah kering, seperti Afrika, Amerika dan Asia. Hal ini di karenakan lidah buaya dapat menutup stomatamya sampai rapat pada musim kemarau untuk melindungi kehilangan air dari daunya. Lidah buaya juga dapat tumbuh di daerah yang beriklim dingin. Karena tanaman lidah buaya juga termasuk tanaman yang efesien dalam penggunaan air, karena dari segi fisiologis tumbuhan tanaman ini termasuk jenis tanaman CAM (crassulance acid metabolism) dengan sifat tahan kekeringan. Dalam kondisi gelap, terutama malam hari,stomata atau mulut daun membuka, sehingga uap air dapat masuk. Disebabkan pada malam hari udaranya dingin, uap air tersebut berbentuk embun. Stomata yang membuka pada malam hari memberi keuntungan, yakni tidak akan terjadi penguapan air dari tubuh tanaman, sehingga air yang berada di dalam tubuh daunya dapat dipertahankan. Karenanya dia mampu bertahan hidup dalam kondisi bagaimanapun keringnya. Kelemahan lidah buaya adalah jika ditanam di daerah basah dengan curah hujan tinggi, mudah terserang cendawan; terutama fusarium sp. Yang menyerang pangkal batangnya, sementara itu dari segi budidayanya tanaman lidah buaya relatif mudah dan relatif tidak memerlukan investasi yang cukup besar. Hal ini di sebabkan tanaman ini merupakan tanaman tahan yang dapat dipanen berulang-ulang dengan masa produksi 7-8 tahun. Tanaman lidah buaya termasuk semak rendah, tergolong tanaman yang bersifat sukulen dan menyukai hidup di tempat kering. Batang tanaman pendek, mempunyai daun yang bersap-sap melingkar (roset). Panjang daun 40-90cm, lebar 6-13cm, dengan ketebalan lebih kurang 2,5cm dipangkal daun, serta bunga berbentuk lonceng.
a. Batang
Batang tanaman lidah buaya berserat atau berkayu. Pada umumnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat karena tertutup oleh daun yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah. Namun, ada juga beberapa species yang berbentuk pohon dengan ketinggian 3-5m. Species ini dapat dijumpai di gurun Afrika Utara danAmerika. Melalui batang iniakan tumbuh tunas yang akan menjadi anakan.
b. Daun
Seperti halnya tanaman berkeping satu lainya, daun lidah buaya berbentuk tombak dengan helaian memanjang. Daunnya berdaging tebal tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan dan mempunyai lapisan lilin dipermukaan; serta bersifat sukulen, yakni mengandung air, getah, atau lendir yang mendominasi daun. Bagian atas daun rata dan bagian bawahnya membulat (cembung). Di daun lidah buaya muda dan anak (sucker) terdapat bercak berwarna hijau pucat sampai putih. Bercak ini akan hilang saat lidah buaya dewasa. Namuntidak demikian halnya dengan tanaman lidah buaya jenis kecil atau lokal. Hal ini kemungkinan disebabkan faktor genetiknya. Sepanjang tepi daun berjajar gerigi atau duri yang tumpul dan tidak berwarna.
c. Bunga
Bunga lidah buaya berbentuk terompet atau tabung kecil sepanjang 2-3cm, berwarna kuning sampai orange, tersusun sedikit berjungkai melingkari ujung tangkai yang menjulang keatas sepanjang sekitar 50-100cm.
d. Akar
Lidah buaya mempunyai sistem perakaran yang sangat pendek dengan akar serabut yang panjangnya bisa mencapai 30-40cm.
2.3.1 Manfaat Lidah Buaya
Lidah buaya merupakan salah satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia yang telah dikembangkan oleh negara-negara maju seperti Amerika, Australia dan negara di benua Eropa sebagai bahan baku industri farmasi dan pangan. Begitu pentingnya lidah buaya sebagai bahan baku industri pada saat ini dan masa mendatang adalah didasarkan pada manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Bahkan komoditi ini telah digunakan oleh manusia sejak dahulu kala. Mutiara Hijau/Lidah Buaya (Aloevera) adalah, tanaman yang tumbuh subur di Pontianak dan sekitarnya, tanaman ini menurut catatan WHO, lebih dari 23 negara menggunakan si “Mutiara Hijau” sebagai bahan baku obatobatan dan pada zaman raja Mesir Cleopatra menggunakan Aloevera sebagai pembasuh kulit yang sangat mujarab sehingga dijadikan bahan baku kosmetika yang penting. Di Amerika bagian barat daya lidah buaya (Aloevera) ditanam sebagai tanaman hias di perkarangan rumah, dan dimanfaatkan sebagai obat
luka bakar (Aloevera ) Penggunaan tanaman lidah buaya dalam industri secara garis besar dapat dibagi menjadi empat jenis industri, yaitu:
1). Industri pangan, sebagai makanan tambahan (food supplement), produk yang langsung dikonsumsi dan flavor
2). Industri farmasi dan kesehatan, sebagai anti inflamasi, anti oksidan, laksatif, anti mikrobial dan molusisidal, anti kanker, imunomodulator dan hepatoprotector. Paten yang telah dilakukan beberapa negara maju antara lain: CAR 1000, CARN 750, Polymannoacetate, Aliminase, Alovex dan Carrisyn.
3). Industri kosmetika, sebagai bahan baku lotion, krem, lipstik, shampo dan kondisioner.
4). Industri pertanian, sebagai pupuk, suplemen hidroponik, suplemen untuk media kultur jaringan dan penambah nutrisi pakan ternak Penggunaan tanaman lidah buaya yang cukup besar di dalam industry dikarenakan komponen-komponen yang dimilikinya cukup lengkap dan
5 bermanfaat. Komponen tersebut terdapat dalam cairan bening yang seperti jeli dan cairan yang berwarna kekuningan. Cairan bening seperti jeli diperoleh dengan membelah batang lidah buaya. Jeli ini mengandung zat anti bakteri dan anti jamur yang dapat menstimulasi fibroblast yaitu sel-sel kulit yang berfungsi menyembuhkan luka. Selain kedua zat tersebut, jeli lidah buaya juga mengandung salisilat, zat peredam sakit, dan anti bengkak seperti yang terdapat dalam aspirin. Lidah buaya sebagian besar, 95%, mengandung air, sisanya mengandung bahan aktif (active ingredients) seperti: minyak esensial, asam amino, mineral, vitamin, enzim dan glikoprotein. Untuk setiap 100 gram bahan terdapat bahan aktif seperti yang tertera pada tabel 1 .( Aloevera Center, 2004).
Tabel 1. Komponen Gel Lidah Buaya

no
Komponen
Nilai
1
Air
95.510 %

2
Total Padatan terlarut, terdiri atas:
0.0490 %
a
Lemak
0.0670 %
b
Karbohidrat
0.0430 %

c
Protein
0.0380 %

d
Vitamin A
4.594 IU
e
Vitamin C
3.476 Mg

Beberapa manfaat komponen nutrisi lidah buaya untuk tubuh antara lain:
a. Asam folat berguna untuk kesehatan kulit dan rambut
b. Kalium berperan penting dalam memelihara kekencangan muka dan otot tubuh
c. Ferrum berperan sebagai pembawa oksigen ke seluruh tubuh
d. Vitamin A berguna untuk oksigenasi jaringan tubuh terutama kulit dan kuku.
Secara lengkap komponen-komponen nutrisi yang terkandung dalamlidah buaya dapat dilihat pada tabel 2. (Aloevera Center, 2004).
Tabel 2. Nutrisi dalam Lidah Buaya
No.
Item
Nutrisi
1
Vitamin
A, B1, B2, B12, C dan E
2
Mineral
Kolin,  Inositol,  Asam  folat,  Kalsium,  Magnesium, Potasium, Sodium, Manganese, Cooper, Chloride, Iron, Zinc & Chromium

3
Enzim
Amylase,  Catalase,  Cellulose,  Carboxypedidas  dan Carboxyphelolase

4
Asam
amino
Arginine, Asparagin, Asam Aspartat, Analine, Serine, Glutamic,
Theorinine,  Valine,  Glycine,  Lycine,  Tyrozine,  Phenylalanine,
Proline, Histidine, Leucine dan Isoleucine






BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1-28 Juli 2011 di Laboratorium Pengembangan dan Pembibitan Anggrek Handoyo Budi Orchids yangterletak di Jl. Bondowoso No. 9A, Kelurahan Gading kasri, Kecamatan Klojen, Kota Malang Jawa Timur.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi alat-alat untuk sterilisasi, pembuatan media dan transplanting Dendrobium sp.
a. Sterilisasi
Alat yang digunakan untuk sterilisasi, sebagai berikut:
1. Autoklaf manual                                                                 1 buah
2. Rak alat laboratorium                                                          1 buah
3. Botol alkhohol                                                                    1 buah
4. Sikat botol                                                                           1 botol
b. Pembuatan media
Alat yang digunakan dalam pembuatan media, sebagai berikut:
1. Kompor gas                                                                         1 buah
2. Panci                                                                                   1 buah
3. Gelas beaker                                                                        2 buah
4. Pipet tetes                                                                           2 buah
5. Sendok pengaduk                                                               1 buah
6. Timbangan manual                                                              1 buah
7. Kertas Indikator                                                                  2 buah
8. Corong                                                                                1 buah
9. Botol kultur                                                                         40 botol
c. Transplanting Dendrobium sp.
Alat yang digunakan untuk penanaman eksplan, sebagai berikut:
1. Botol kultur yang berisi media                                            40 botol
2. Cawan petri                                                                         1 buah
3. Bunsen burner                                                                     2 buah
4. Korek api                                                                            1 buah
5. Rak botol                                                                            1 buak
6. Entkas                                                                                1 buah
7. Pinset panjang                                                                     1 buah
8. Tissue                                                                                  secukupnya
9. Kapas                                                                                  secukupnya
10. Stik                                                                                    2 buah
11. Plastik                                                                               40 buah
12. Karet gelang                                                                      40 buah
13. Permanent marker                                                            1 buah
3.2.2  Bahan
Adapun Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan pembuatan media kontrol transplanting Dendrobium sp. dan media dengan ekstrak aloevera.
a. Media kontrol Transplanting Dendrobium sp.
            Bahan yang digunakan untuk pembuatan media kontrol Transplanting Dendrobium sp., sebagai berikut:
            1. Ca3(PO4)2                                                                            0,20 gr
            2. KNO3                                                                                  0,525 gr
            3. KH2Po4                                                                               0,25 gr
            4. MgSo4.7H2O                                                                       0,25 gr
            5. (NH4).2SO4                                                                         0,50 gr
            6. FeSO4.H2O                                                                         0,028 gr
            7. MnSO4. 2H2O                                                                     0,00725 gr
            8. Gula                                                                                                20 gr
            9. Agar                                                                                                8.0 gr
            10. Air                                                                                     1000 ml
            11. Glysin                                                                                3 mg/L
            12. Inositol                                                                              0.1 gr
            13. Vitamin B complex                                                           5 tetes
            14. ZPT Naa Auksin                                                               1 ml
b. Transplanting Dendrobium sp. Dengan ekstrak Aloevera
Bahan yang digunakan untuk pembuatan media Transplanting Dendrobium sp. Dengan ekstrak Aloevera, sebagai berikut:
1. Ca3(PO4)2                                                                            0,20 gr
            2. KNO3                                                                                  0,525 gr
            3. KH2Po4                                                                               0,25 gr
            4. MgSo4.7H2O                                                                       0,25 gr
            5. (NH4).2SO4                                                                         0,50 gr
            6. FeSO4.H2O                                                                         0,028 gr
            7. MnSO4. 2H2O                                                                   0,00725 gr
            8. Gula                                                                                                20 gr
            9. Agar                                                                                                8.0 gr
            10. Air                                                                                     550 ml
            11. Ekstrak Aloevera                                                              450 ml
12. Glysin                                                                                3 mg/L
            13. Inositol                                                                              0.1 gr
            14. Vitamin B complex                                                           5 tetes
            15. ZPT Naa Auksin                                                               1 ml
3.3 Rancangan Percobaan
            Rancangan percobaan yang digunakan adalah melakukan eksperimen dengan cara membandingkan antara media tanpa ekstrak Aloevera dengan media + ekstrak Aloevera. Ekstrak Aloevera yang digunakan dengan komposisi optimum yaitu 250 ml/ 1000 ml. Perlakuan tersebut, sebagai berikut:
1. Media tanpa ekstrak Aloevera
- Botol 1          : VW + 32 PLB Dendrobium sp.
- Botol 2          : VW + 32 PLB Dendrobium sp.
- Botol 3          : VW + 32 PLB Dendrobium sp.
- Botol 4          : VW + 32 PLB Dendrobium sp.
- Botol 5          : VW + 32 PLB Dendrobium sp.
- Botol 6          : VW + 32 PLB Dendrobium sp.
- Botol 7          : VW + 32 PLB Dendrobium sp.
- Botol 8          : VW + 32 PLB Dendrobium sp.
- Botol 9          : VW + 32 PLB Dendrobium sp.
- Botol 10        : VW + 32 PLB Dendrobium sp.
- Botol 11        : VW + 32 PLB Dendrobium sp.
- Botol 12        : VW + 32 PLB Dendrobium sp.
- Botol 13        : VW + 32 PLB Dendrobium sp.
- Botol 14        : VW + 32 PLB Dendrobium sp.
- Botol 15        : VW + 32 PLB Dendrobium sp.
- Botol 16        : VW + 32 PLB Dendrobium sp.
- Botol 17        : VW + 32 PLB Dendrobium sp.
- Botol 18        : VW + 32 PLB Dendrobium sp.
- Botol 19        : VW + 32 PLB Dendrobium sp.
- Botol 20        : VW + 32 PLB Dendrobium sp.

2. Media dengan Ekstrak Aloevera
- Botol 1          : VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
- Botol 2          : VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
- Botol 3          : VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
- Botol 4          : VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
- Botol 5          : VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
- Botol 6          : VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
- Botol 7          : VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
- Botol 8          : VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
- Botol 9          : VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
- Botol 10        : VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
- Botol 11        : VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
- Botol 12        : VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
- Botol 13        : VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
- Botol 14        : VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
- Botol 15        : VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
- Botol 16        : VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
- Botol 17        : VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
- Botol 18        : VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
- Botol 19        : VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
- Botol 20        : VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
3.4 Cara Kerja
3.4.1 Tahap persiapan
1. Sterilisasi alat
a. Alat yang akan digunakan dicuci dengan detergen
b. Dibilas dengan air mengalir, setelah itu bagian yang terbuka dihadapkan ke bawah
c. Diangin-anginkan, sehingga air menguap
d. Alat tersebut siap untuk digunakan
2. Estraksi Aloevera
            a. Aloevera yang akan digunakan dicuci dengan air mengalir
            b. Ditimbang Aloevera sebanyak 200 gram
            c. Direbus Aloevera dalam 500 ml air
            d. Ditunggu hingga air menyusut sampai 450 ml
            e. Didapatkan ekstrak Aloevera sebanyak 450 ml
3. Pembuatan media
            a. Disiapkan bahan-bahan pembuatan media
            b. Ditimbang bahan-bahan kimia dengan timbangan manual
            c. Dinyalakan kompor gas
            d. Diletakkan panci di atas kompor
            e. Dimasukkan 450 ml ekstrak Aloevera
            f. Dimasukkan 550 air
            g. Dimasukkan semua bahan yang sudah ditimbang
            h. Ditunggu sampai semua bahan homogen
            i. Dituangkan dalam 40 botol
            j. Ditutup mulut botol
k. Autoklaf diatur dengan suhu 121° C, tekanan 1,5 atm selama 30 menit.
l. Setelah sterilisasi selesai, peralatan disimpan dalam oven atau rak.
4. Tahap transplanting
a. Dibersihkan enkas 24 jam sebelum digunakan
b. Dicek kelengkapan enkas meliputi rak botol, korek api, bunsen burner, permanent marker, cawan petri, alkhohol, kaporit, pinset, stik, kapas dan tissue.
c. Disemprotkan alkhohol pada telapak tangan
d. Dimulai pengerjaan di dalam enkas
e. Dibuka botol Subkultur PLB Dendrobium sp., dioleskan kaporit pada mulut botol, kemudian dipanaskan didekat bunsen burner
f. Dibuka botol dengan media transplanting Dendrobium sp., dioleskan kaporit pada mulut botol, kemudian dipanaskan didekat bunsen burner
g. Dipindahkan 32 buah PLB Dendrobium sp. dari botol subkultur ke botol transplanting dengan menggunakan pinset panjang
h. Ditata PLB Dendrobium sp. dalam media transplanting
i. Dioleskan kaporit pada mulut botol, kemudian dipanaskan didekat bunsen burner.
j. Ditutup botol transplanting
k. Diberi label dengan permanent marker
l. Tutup botol dilapisi dengan plastik, kemudian diikat dengan karet gelang
m. Diletakkan pada ruang inkubasi
5. Tahap pengamatan
a. Hasil dari transplanting Dendrobium sp. diamati dan dicatat perkembangannya setiap hari
b. Hal-hal yang perlu diamati antara jumlah eksplan yang terkontaminasi jamur maupun bakteri
c. Prosentase keberhasilan hidup dari PLB Dendrobium sp. Dilakukan dengan menghitung botol manakah yang tidak mengalami kelayuan dan browning
PLB Dendrobium sp.
 
3.5 Kerangka Kerja
 

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 . Hasil Pengalaman Lapangan
1.Tabel hasil pengamatan transplanting Dendrobium sp. pada tanggal 8-28 Juli 2011
umur                   perlakuan
dengan Aloevera
tanpa Aloevera
Umur 1 Hari
Hidup, masih Nampak segar, 95% tanaman survive
Hidup, masih Nampak segar, 80 % tanaman survive
Umur 5 Hari
65 %  tanaman survive
90 % tanaman survive
Umur 10 Hari
35 % tanaman survive
90 % tanaman survive
Umur 3 Bulan
Seluruh Tanaman tidak mampu bertahan hidup
86 % tanaman survive , dan telah siap ditransplanting
Prosentase PLB Dendrobium sp. yang hidup
VW + 32 PLB Dendrobium sp. + Ekstrak Aloevera
VW + 32 PLB Dendrobium sp.
0%
86 %
2. Tabel sampel gambar hasil transplanting Dendrobium sp. pada akhir pengamatan (28 Juli 2011)
Botol
Gambar
VW + 32 PLB Dendrobium sp.

VW + 32 PLB Dendrobium Sp. + Ekstrak Aloevera


4.2 Pembahasan
Hasil pengamatan yang diproleh selama PKL berupa Teknik Budidaya anggrek secara invitro yang meliputi. cara pembuatan media, prosentase Protocorm Like Bodies (PLB) Dendrobium sp. yang hidup dengan perlakuan tanpa ekstrak Aloevera dibandingkan dengan pemberian ekstrak Aloevera, subkultur, dan transplanting. selain itu mengamati cara menyilangkan anggrek dan aklimatisasi
1. Penyilangan  Bunga Anggrek
            penyilangan anggrek dilakukan untuk memperoleh bunga yang hasilnya lebih baik dari induknya. selain itu penyilangan anggrek bertujuan untuk pemuliaan tanaman dan menambah nilai estetika dan daya jual anggrek. tahap-tahap yang diperlukan saat penyilangan adalah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti kawat, label plastik, spidol permanen, botol ampul, kertas label, dan daftar buku penyilangan. kemudian memanen polinia dengan membuka cap polinia atau penutup poninia. membasahkan kawat dengan perekat pada putik, kemudian memasukkan polinia ke dalam putik bunga lain yang akan disilangkan dengan hati-hati. tahap terakhir adalah memberi label yang berisi tanggal penyerbukan dan jenis induk setelah bunga disilangkan. label diikatkan pada tangkai bunga dengan kondisi agak dilonggarkan. kemudian mencatat tanggal dan hasil penyilangan dalam buku daftar silang. penyilangan dilakukan selama PKL adalah penyilangan anggrek Dendrobium.
2. Pembuatan Media Kultur Anggrek
            Pembuatan media kultur anggrek di HBO adalah media Vacin and went. komposisi media VW lebih sederhana dan dapat dimodifikasi dengan bahan-bahan tambahan lain yang diperlukan oleh bibit anggrek itu. slack(2002) menambahkan bahwa berdasarkan beberapa penelitian, media standar yang sesui bagi perkecambahan biji anggrek adalah media vacin and went.
            Pembuatan media subkultur awal dan media trans akhir pada prinsipnya sama, yang membedakan hanyalah jumlah volume media trans akhir lebih banyak dari volume subkultur awal. perbedaan ini dilakukaan karena banyaknya nutrisi yang diperlukan pada tiap fase masing-masing bibit yang ditanam pada media tanam tersebut berbeda. Plb yang ditanam pada media subkultur awal membutuhkan jumlah nutrisi lebih sedikit dari pada planlet yang ditanam pada media yang lebih sederhana disbanding dengan media subkultur. Hal ini dilakukan karena berdasarkan hasil penelitian budi orchid diketahui bahwa nutrisi yang diberikan pada media tersebut telah dapat memenuhi kebutuhan biji anggrek untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, dari segi biaya lebih ekonomis.
            Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa prosentase kehidupan PLB Dendrobium sp. tanpa ekstrak Aloevera sebesar 86%. Sedangakan prosentase kehidupan PLB Dendrobium sp. dengan ekstrak Aloevera sebesar 0%. Merupakan hasil yang perlu dievaluasi sehingga didapatkan analisis yang tepat.
Transplanting merupakan tahap pembesaran dan pengakaran PLB hasil subkultur. Transplanting dilakukan dalam ruangan enkas sama halnya dengan proses tebar benih dan subkultur, mengusahakan hasil kultur yang steril. Transplanting merupakan kegiatan yang bertujuan untuk hasil bibit yang berkualitas baik untuk dijual dan diaklimatisasi, sehingga dalam prosesnya membutuhkan ketelitian dan ketelatenan memilih plantlet dari hasil subkultur. PLB yang belum saatnya di Transplanting di subkultur lagi dalam media subkultur.
Suatu perbedaan yang signifikan dari asumsi yang diperkirakan yaitu dengan pemberian ekstrak Aloevera akan mengurangi tingkat kematian pada PLB Dendrobium sp. yang di transplanting. Meskipun dengan menggunakan media VW tanpa ekstrak Aloevera dapat menghasilkan prosentase kehidupan yang tinggi sebesar 86%, tetapi suatu inovasi untuk menuju hal yang lebih baik perlu untuk dilakukan.
Ketidakberhasilan dalam pemberian ekstrak Aloevera untuk mengurangi tingkat kematian pada PLB Dendrobium sp. yang di transplanting. Disebabkan oleh beberapa hal diantaranya kecerobohan saat bekerja, komposisi media yang tidak tepat bahkan kemungkinan adanya human error.
Penelitian diawali dengan pencucian botol dengan metode sederhana yaitu digunakan sikat botol dan detergen kemudian dibilas dengan air mengalir. Proses penimbangan dilakukan dengan timbangan manual dengan ketelitian rendah. Dilanjutkan proses ekstraksi Aloevera. Ekstraksi dilakuakan dengan metode refluks. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur dengan titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umunya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna (Ditjen POM, 2000).
Proses pembuatan media berlangsung dan dihasilkan 20 botol media transplanting dengan media VW+ekstrak Aloevera. 20 botol tersebut diinkubasi selama 24 jam, setelah itu dilanjutkan dengan proses transplanting di dalam enkas karena dibutuhkan kondisi yang steril. Masing-masing botol diisi dengan 32 PLB Dendrobium sp. ketika semua botol telah diselesaikan maka diletakkan dalam ruangan inkubasi dan diamati hasilnya setiap hari.
Pada hari ke 1- ke 6 kondisi PLB Dendrobium sp. dalam kondisi yang sangat baik yaitu posisi berdiri tegak dan daun tidak layu atau browning. Sebagaimana sampel di bawah ini.
 




Gambar 3. Hasil Pengamatan
            Ketika hari ke 6 letak botol pada ruang inkubasi dipindahkan karena bergantian dengan botol transplanting yang baru selesai dikerjakan. Sehingga penempatannya pada rak inkubasi yang lebih atas sehingga terkena sinar matahari yang lebih banyak. Ketika diamati pada hari ke 7 menunjukkan tanda-tanda kematian yaitu warna daun memudar dan agak layu. Hari-hari berikutnya tanda-tanda tersebut semakin terlihat jelas dan pada akhirnya pada tanggal 28 Juni 2011 20 botol dengan ekstrak Aloevera mengalami kematian total. Kematian yang dialami oleh PLB Dendrobium sp. tersebut karena intensitas cahaya yang berlebih. Karena Dendrobium sp hanya membutuhkan intensitas cahaya yang mana penyinarannya terbatas. Besarnya intensitas cahaya yang dibutuhkan sekitar 1500-3000 footcabndle (fc). Sebagai perbandingan , saat matahari terik di siang hari , kisaran intensitas cahaya matahari sekitar 7000-10000 fc. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut Dendrobium sp. membutuhkan naungan untuk mengurangi  intensitas cahaya (Trubus, 2005).
Pada penelitian ini sumber karbon yang  digunakan adalah Gula dan arang aktif .Gula   mengandung   unsur- unsur  makro   karbon   (C),   hydrogen (H),  dan oksigen  (O).  Dalam penelitian   ini   gula   yang   digunakan   untuk menanam   anggrek   berbentuk sukrosa.gula yang dipakai dalam penelitian ini adalah 30 gram,komposisi gula yang lebih tinggi disbanding yang direkomendasikan oleh knudson karena kondisi tempat inkubasi di Handoyo Budi Orchid lebih gelap dan diasumsikan akan terjadi laju fotosintesis yang lambat,sebagai alternative untuk masuk masalah tersebut berdasarkan penelitian di Handoyo Budi Orchid maka ditetapkan untuk menaikkan kebutuhan gula dari 20 gram menjadi 30 gram. Arang aktif berguna untuk menyerap metabolit sekunder dan menyerap fenol
Dalam penelitian ini juga digunakan hormone, hormone yang kita gunakan adalah auksin, Istilah auksin diberikan pada sekelompok senyawa kimia yang memiliki fungsi utama mendorong pemanjangan kuncup yang sedang berkembang. Beberapa auksindihasikan secara alami oleh tumbuhan, misalnya IAA (indoleacetic acid), PAA (Phenylacetic acid), 4-chloroIAA (4-chloroindole acetic acid) dan IBA (indolebutyric acid) dan beberapa lainnya merupakan auksin sintetik, misalnya NAA (naphthalene acetic acid), 2,4 D (2,4 dichlorophenoxyacetic acid) dan MCPA (2-methyl-4 chlorophenoxyacetic acid) (Campbell, N. A. and J. B. Reece. 2002).

            Kontaminasi terjadi pada botol 4-9 yang diakibatkan oleh jamur. Kontaminasi pada hasil transplanting terjadi karena kecerobohan penanamnya. Selain itu kaporit untuk mensterilkan tutup botol yang menempel pada media juga dapat menyebabkan kontaminasi. Kontaminasi yang disebabkan oleh jamur ditandai dengan benang-benang yang berwarna putih , yang merupakan miselium jamur (Sunarjono, 2002).
            Selain itu kontaminasi juga dapat disebabkan oleh faktor lain yaitu berasal dari eksplan internal maupun eksternal, air yang digunakan mencuci botol, botol-botol kultur atau alat-alat yang kurang steril, spora-spora dalam ruang kultur dan kecerobohan dalam pelaksanaan (Rezkita, 2007).
           
           











BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian ini dapat kita ambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
  1. Ada beberapa faktor yang diperhatikan dalam kultur embrio yaitu
·         Sterilitas
·         Media yang meliputi Unsur hara , Hormon dan Vitamin
·         Exsplan
2.      Penambahan Extrak aloevera dalam kultur embrio tidak memeberikan pengaruh dalam anti shock  anggrek bahkan cenderung memberikan sifat destruksi pada tanaman
5.2 Saran
            Ketika kita melakukan pekerjaan kultur jaringan alangkah baiknya kita harus hati-hati dan teliti  dalam pembuatan media ataupun mentranslasi anggrek agar nantinya pada saat pengamatan hasil translasi yang kita dapatkan maksimal
                                






DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. Budi Daya Anggrek Secara Invitro (online), diakses pada tanggal 24 Desember 2011, pukul 19 : 30 WIB.
Darmono, D.W. 2006. Menghasilkan Anggrek Silangan. Jakarta: Penebar Swadaya
Ernawati, A. 1992. “Produksi Senyawa-Senyawa Metabolit Sekunder dengan
Kultur Jaringan Tanaman” dalam G. A. Wattimena (Ed.). Bioteknologi
Tanaman. Bogor : Tim Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, PAU
Bioteknologi IPB
Gunawan, L.W. 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Bogor: Institut Pertanian Bogor
HBO, 2011. Handoyo Budi Orchids Laboratorium Pembibitan Anggrek dan Show Room. Malang: Handoyo Budi Orchids
Hendaryono, D.P.S. 2007. Pembibitan Anggrek dalam Botol. Yogyakarta: Kanisius
Hendaryono, D.P.S dan A. Wijayani. 2006. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta: Kanisius

Lavarack, B.W. Hariis and G. Stocker. Dendrobium Orchids. Australia: Kangaroo Press
Rezkita, S. 2007. Teknik Perbanyakan Tanaman Pulai (Alstonia scholaris R. Brown) dengan Eksplan Pucuk Aksilar Melalui Kultur jaringan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman (P3HT) Kaliurang, Jogjakarta. Jogjakarta: Skripsi Fakultas MIPA UNY
Satwika, 2003. Studi penambahan Fish Emulsion Pada Media Subkultur Anggrek Dendrobium sp. di Laboratorium Budi Orchids Malang. Malang: laporan PKL Fakultas Pertanian Univ. Brawijaya
Suhendar Sulaeman, dkk, (2005). Business Plan Agroindustri Aloevera. Jakarta : Erlangga.
Sugito, H. 2007. Bahan Kuliah Kultur Jaringan Tanaman. Cianjur : PPPPTK Pertanian.
Widiastoety, Dyah and F.A Bahar. 1995. Pengaruh Berbagai Sumber dan Kadar Karbohidrat terhadap pertumbuhan Plantlet Anggrek Dendrobium. Jakarta : Jurnal Holtikultura Edisi 4.
Widiastoety,Dyah. 2007.Penambahan persenyawaan Organik Kompleks dalam Media Kultur In Vitro Anggrek. Buku kenang-kenangan EAST JAVA ORCHID SHOW 2001
Winarno,ketut. 2008.Anggrek mau ke mana. Laboratorium Kultur Jaringan PAU Bioteknologi IPB : Bogor.
Yusnita, 2004. Kultur Jaringan Cara Perbanyakan Tanaman Secara Efisien. Jakarta: Agromedia Pustaka



1 komentar:

  1. 1xBet Korean Sportsbook Review
    A complete review of the 1xbet sportsbook 1xbet korean review from all bookmakers including BetSoft, Pinnacle, BetSoft and others. febcasino The kadangpintar site has an

    BalasHapus